Februari 5, 2025

kabarmetronews.com

Selalu Ada & Terpercaya

Sidratul Muntaha Lokasi Terakhir Isra Miraj Nabi Muhammad Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam as-Suyuthi

Foto: Ilustrasi (istimewa).

Surabaya | Kabarmetronews.com – Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Miraj dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan berakhir di Sidratul Muntaha, di langit ketujuh. Sidratul Muntaha digambarkan penuh keagungan.

Peristiwa Isra Miraj terjadi pada malam 27 Rajab setelah Nabi Muhammad SAW pulang dari Thaif, menurut pendapat masyhur yang dipastikan Ibnu Hazm.

Menurut hadits yang dihimpun dalam al-Isra’ wa al-Mi’raj karya Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam as-Suyuthi yang diterjemahkan Arya Noor Amarsyah, perjalanan Rasulullah SAW dimulai dari Masjidil Haram di Makkah.

Setelah itu, beliau mengendarai Buraq–sejenis hewan berwarna putih yang lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal–menuju Baitul Maqdis di Palestina.

Rasulullah SAW menambatkan Buraqnya lalu masuk Masjidil Aqsa untuk menunaikan salat. Setelah itu, Allah SWT menaikkan Rasulullah SAW ke Sidratul Muntaha melewati tujuh lapisan langit. Demikian menurut hadits Hamad ibn Salamah dari Tsabit dari Anas RA yang dinilai paling kuat dan bebas dari segala perselisihan.

Menurut hadits dalam kitab al-Isra’ wa al-Mi’raj, Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon yang daunnya selebar telinga gajah dan buah-buahnya sebesar kendi. Saat Allah SWT menitahkan perintah-Nya, Sidratul Muntaha langsung berbuah sehingga tak ada satupun makhluk yang bisa menggambarkannya karena sangat indah.

Menurut suatu pendapat dalam Qishash Al-Anbiya lil Athfal karya Hamid Ahmad Ath-Thahir yang diterjemahkan Masturi Irham dan M. Asmui Taman, pohon Sidratul Muntaha digambarkan amat besar yang seandainya ada pengendara kuda melarikan kudanya dengan kencang di bawah naungannya selama seratus tahun, tidak akan sampai ke ujungnya. Sidratul Muntaha adalah tempat tertinggi di alam semesta, sebelum ‘Arsy Allah.

Keberadaan Rasulullah SAW saat di Sidratul Muntaha disebutkan dalam Al-Qur’an surah An-Najm ayat 16. Allah SWT berfirman,

اِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشٰىۙ ١٦

Artinya: “(Nabi Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha dilingkupi oleh sesuatu yang melingkupinya.”

Menurut Al-Baghawi, seperti dikutip dari Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab an-Nafa’is karya Syekh ash-Shafuri yang diterjemahkan Jamaluddin, maksud “sesuatu yang melingkupi” dalam ayat tersebut adalah diliputi oleh kupu-kupu dari emas. Ada yang berpendapat diliputi cahaya keagungan yang tirai-tirainya turun permata, yaqut, dan zamrud.

Lebih lanjut dijelaskan, Sidratul Muntaha diberi kekhususan dengan keutamaan tersebut karena memiliki tiga hal, yaitu bayangan yang dipanjangkan, makanan yang lezat, dan aroma yang harum. Hal tersebut diumpamakan sebagai iman yang menghimpun tiga hal, perkataan, niat, dan perbuatan.

Bayangan Sidratul Muntaha diumpamakan seperti perbuatan karena iman melewati pelakunya seperti bayangan melewati orangnya. Rasanya seperti niat karena samar dan aromanya seperti perkataan karena aroma itu jelas.

“Karena itulah ketika Nabi Muhammad sampai di Sidratul Muntaha para malaikat pun mengetahui hal tersebut karena cahaya turun seperti tetesan awan. Maka mereka bersegera mengucapkan salam, layaknya belalang yang bertebaran di surga Ma’wa,” jelas Syekh ash-Shafuri dalam kitabnya.

Penamaan Sidratul Muntaha karena tak ada yang mengetahui apa yang ada di sana. Menurut Ali, diberi nama Sidratul Muntaha karena manusia yang berada di atas sunah Muhammad berhenti di sana. Ada juga yang berpendapat, penamaan ini karena siapa yang berhenti di sana berarti telah mencapai puncak kemuliaan. Wallahu a’lam.

Penulis : Arif

Editor   : Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Ayo ngopas ya!!!!