Klarifikasi Wakil Sekretaris KONI Sampang Buat Suasana Makin Panas, Syaiful; Jangan Lempar Batu Sembunyi Tangan

Sampang | Kabarmetronews.com – Konflik antara KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Kabupaten Sampang dan IPSI setempat terkait pencoretan pencak silat di Porprov Jatim 2025 semakin memanas setelah klarifikasi Wakil Sekretaris KONI Kabupaten Sampang, Moh. Yusuf alias bang Ucup, yang justru memperkeruh keadaan.
Situasi ini mirip dengan konflik yang tidak terkendali, yang dapat menimbulkan kekacauan dan ketidakharmonisan sosial. Sehingga, dapat merusak hubungan antara KONI dan IPSI, serta antara pengurus dan anggota organisasi.
Konflik yang memanas ini bisa membuat masyarakat kehilangan kepercayaan pada KONI dan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Seharusnya, pihak terkait harus mediasi mencari solusi bukan malah saling menyalahkan dan fokus pada tujuan utama, yaitu meningkatkan prestasi olahraga.
Dilansir dari media kompas86.com menerangkan bahwa pencak silat tak ikut Porprov bukan karena dianaktirikan, tapi karena pihak IPSI tidak siap dan tidak sanggup.
Bahkan, ia secara gamblang menuding bahwa IPSI baru menghubungi setelah pendaftaran ditutup, pernyataan ini dianggap sangat merendahkan dan tidak berdasar.
“Kami sudah panggil, mereka yang gak siap, kalau mau protes, protes ke panitia Porprov Jatim, bukan ke KONI,” ucap Ucup, yang sekaligus berdalih bahwa KONI hanya memfasilitasi, bukan pengambil keputusan akhir.
Lebih parah lagi, Ucup berkeluh-kesah soal anggaran hibah KONI yang menurutnya hanya Rp1,7 miliar, ia mencoba membandingkan dengan kabupaten lain, seperti Bangkalan, seolah ingin menutupi kelemahan manajerial internal KONI dengan dalih kekurangan dana.
Namun, seluruh pernyataan itu langsung dibantah oleh Sekretaris Umum IPSI Kabupaten Sampang, Syaiful Arif, S.E., M.Pd, ia menyebut pernyataan Ucup sebagai kebohongan publik yang disengaja untuk mencuci tangan dari kelalaian KONI sendiri.
“Jangan lempar batu sembunyi tangan! Pemanggilan dilakukan setelah tanggal seleksi ditetapkan, lalu kami disuruh rombak jadwal seenaknya? Keterlaluan, jangan ajari IPSI soal etika organisasi dan administrasi,” tegas Syaiful.
Syaiful bahkan menantang KONI untuk membuktikan ucapannya dengan fakta konkret:
“Kalau benar kami dipanggil berkali-kali, ayo tunjukkan tanggalnya! Jangan asal bicara di media dan menyudutkan IPSI seolah kami yang bodoh dan tak profesional, ini bentuk penghinaan,” kata Syaiful dengan nada geram.
Tak berhenti di situ, Syaiful juga menyoroti mental KONI Sampang yang dinilai lemah dan tidak punya nyali mengakui kesalahan sendiri, ia menyebut KONI seperti penonton yang sok jadi sutradara.
“Mereka bilang hanya fasilitator, tapi faktanya ingin mengatur dan menyalahkan, jangan-jangan KONI memang tidak punya niat mengikutsertakan IPSI sejak awal, jika benar, ini bukan sekadar kelalaian, tapi sabotase moral,” imbuhnya.
Isu ini pun makin menyulut amarah dari komunitas silat Se-kabupaten Sampang, desas-desus soal rencana aksi besar-besaran dari para pendekar dan perguruan silat pun mulai bergema di media sosial, mereka merasa dicampakkan oleh induk organisasi olahraga daerahnya sendiri.
Pertanyaannya sekarang: ada apa sebenarnya di balik sikap KONI? Kenapa hanya pencak silat yang terbuang?
Ketika dana Rp1,7 miliar digelontorkan, namun cabang-cabang berprestasi justru tak difasilitasi, maka publik pantas curiga dengan KONI Sampang. (SJ).