Generasi Alpha Lestarikan Kekayaan Budaya Indonesia Melalui Aksara Carakan

Bangkalan | Kabarmetronews.com – Literasi merupakan pembiasaan yang sangat baik, bermanfaat dan dibutuhkan dalam rangka meningkatkan wawasan, pengetahuan dan budaya, termasuk budaya Jawa.
Sebagai muatan lokal, Bahasa Jawa memang perlu diberikan alokasi pembiasaan yang cukup, agar siswa mampu mengerti, memahami dan dapat menghargai budaya adiluhung termasuk aksara jawa.
Oleh sebab itu, dalam menciptakan karya tulis tradisional, masyarakat Madura lampau masih menggunakan aksara ini. Keberadaan dapat ditemui di museum yang masih menyimpan manuskrip kuno.
Meski tak lagi digunakan sebagai aksara menulis umum, aksara ini masih digunakan di wilayah yang tetap menjaga dan menyimpan nilai tradisi dan budaya, seperti di Jogjakarta dan Bali.
Aksara tradisional satu ini terus dikembangkan dan dilestarikan masyarakat Madura hingga sekarang, melalui perlombaan di sekolah. Namun, tidak semua orang mampu dan menyukai bentuk tulisan yang rumit ini. Apalagi, bagi generasi muda atau gen Alpha, tidak semua akan suka tulisan Carakan yang dianggap kuno.
Meskipun, sedikit peminat atau pesertanya lomba itu tetap terselenggara dengan sukses. Kali ini, juara satu lomba aksara carakan diraih oleh siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mlajah 2 bernama Ziyan Ahmar.
Menurut Ziyan bahwa kecintaannya terhadap kelestarian budaya sudah ditanamkan oleh orang tuanya sejak kecil. Sehingga, ia tularkan pada ajang lomba carakan.
Motivasi itu, ia terima dari guru dan orang tuanya yang terus mendukung kesenangannya untuk belajar aksara tradisional Madura. Kecintaan terhadap aksara carakan merupakan bentuk literasi budaya yang ditularkan dari ayahnya sebagai Ahli Cagar Budaya.
“Meski Jelimet, saya suka bentuk aksaranya yang mempunyai seni. Ada kesenangan saat menggoreskannya pada kertas,” kata Ziyan yang juga Tahfidz Quran.
Menurutnya, pemahaman dalam literasi budaya menjadi kunci nyata dalam menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, ia serius untuk belajar dan melestarikan carakan.
“Setahu saya, teman-teman satu sekolah tidak ada yang suka pembelajaran carakan ini, karena dianggap rumit. Tapi, saya justru suka,” ujar siswa SDN Mlajah 2 ini.
Penulis : Arif
Editor : Redaksi