September 8, 2024

kabarmetronews.com

Selalu Ada & Terpercaya

330 Pasangan Ikuti Pembekalan Isbat Nikah di Empire Palace Surabaya

3 min read

Surabaya | Kabarmetronews.com – Pemkot Surabaya beri pembekalan bagi peserta Isbat Nikah Lontong Kupang (Layanan Online Terpadu One Gate System) 2024, di Empire Palace, Rabu (19/6). Sebanyak 330 pasangan mengikuti pemeriksaan kesehatan dan melakukan fitting busana pengantin, sebelum pelaksanaan nikah massal pada 3 Juli.

Program Lontong Kupang merupakan kerja sama antara Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Surabaya, Pengadilan Agama, dan Kementerian Agama, yang mengakomodir beberapa permohonan. Meliputi isbat nikah atau asal-usul anak dengan kondisi dan kriteria tertentu.

Output yang diperoleh pemohon tidak hanya amar putusan sidang, melainkan pemohon juga memperoleh buku nikah, serta dokumen kependudukan lain. Seperti KK, KTP, akta kelahiran, atau catatan pinggir akta, yang seluruhnya diserahkan pada satu hari yang sama (one day service).

Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kota Surabaya Rini Indriyani mengatakan, pembekalan itu bertujuan memberikan pemahaman yang baik tentang pentingnya akta nikah dan prosedur yang harus diikuti.

”Ini upaya kita untuk memberikan kepastian hukum bagi pasangan yang telah menikah tetapi belum memiliki akta nikah resmi. Ada pasangan yang sudah menikah bertahun-tahun, ada yang pasangan baru. Usia yang paling tua adalah usia 70 tahun,” kata Bunda Rini sapaan akrab Rini Indriyani.

Bunda Rini mengatakan, setiap tahun, Pemkot Surabaya rutin menggelar nikah massal. Tahun ini, diikuti 330 pasangan. Setelah melaksanakan isbat nikah, para pengantin akan mengikuti prosesi nikah massal atau resepsi yang digelar Pemkot Surabaya di Balai Kota Surabaya pada 3 Juli, dengan mengusung tema pesta kebun.

“Jadi mereka seperti merasakan pernikahan yang sesungguhnya. Mereka akan mengenakan busana pengantin, dirias, karena kami berkolaborasi dengan perias,” ungkap Rini Indriyani.

Para pasangan muda terlebih dahulu harus mengikuti kelas calon pengantin (catin). Sebab, mereka harus mendapatkan pemahaman dalam membina rumah tangga guna menciptakan keluarga yang harmonis dan bebas stunting.

”Sehingga ketika memiliki anak tidak stunting, ada pengertian dan kesabaran antar pasangan, serta finansial yang harus disiapkan. Jadi sangat panjang yang harus dilalui, karena membina sebuah rumah tangga harus ada komitmen dan kesabaran yang kuat,” jelas Rini Indriyani.

Sementara itu, Kepala Dispendukcapil Kota Surabaya Eddy Christijanto mengatakan, jumlah peserta yang mendaftar sebanyak 377 peserta. Tapi yang memenuhi persyaratan hanya 330 peserta.

”Yang tidak lolos karena ada yang sudah pernah menikah tetapi belum bercerai, akhirnya menikah siri, utamanya yang perempuan. Ketika sudah menikah siri, baru satu bulan berikutnya akta cerai keluar, jadi itu tidak bisa di-isbatkan. Yang bisa di-isbatkan adalah cerai terlebih dahulu baru nikah siri, itu bisa disahkan,” kata Eddy.

Selain pembekalan isbat nikah, pemkot juga menggelar pemeriksaan kesehatan gratis bagi 330 pasangan. Meskipun terdapat pasangan dengan usia 70 tahun, terdapat pula pasangan dengan usia produktif.

”Itu kita cek kesehatannya supaya ketika mereka punya anak dalam keadaan sehat. Jika memiliki riwayat penyakit akan ditangani puskesmas setempat. Tes kesehatan untuk memastikan mereka adalah pasangan usia subur,” ujar Eddy.

Sedangkan, alasan dipilih konsep pesta kebun tahun 2024 ini adalah berdasar instruksi Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Wali kota ingin mengemas event tersebut sebagai pesta rakyat. Masyarakat diharapkan lebih sadar dan peduli terhadap pentingnya dokumen pernikahan.

Tahun lalu di Empire, masyarakat tidak bisa menyaksikan, yang menyaksikan adalah keluarga sendiri. Pak Wali ingin ini dikemas menjadi pesat rakyat atau pesta kebun sehingga masyarakat umum bisa menyaksikan proses pernikahannya,” imbuh Eddy Christijanto.

Untuk busana dan rias pengantin, pemkot menyediakan busana beserta perias. Sebelum pembekalan bagi peserta isbat nikah, para peserta melakukan fitting busana pengantin.

Meski tahun ini terdapat peningkatan peserta, Eddy mengaku, masyarakat masih berpikir bahwa proses pernikahan berbelit-belit. Harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

”Para peserta yang mengikuti program isbat nikah ini didominasi warga yang tidak mampu. Kita ada anggaran untuk membayar isbat nikah bagi orang tidak mampu. Termasuk mendapat bantuan dari Baznas,” ucap Eddy Christijanto. (@red).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Ayo ngopas ya!!!!